October 21, 2013

NIKAH SIRI

A. PENDAHULUAN Pendidikan adalah bagian dari suatu proses yang diharapkan untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan-tujuan ini diperintahkan oleh tujuan-tujuan akhir yang pada esensinya ditentukan oleh masyarakat dan dirumuskan secara singkat dan padat, seperti kematangan dan integritas atau kesempurnaan pribadi dan terbentuknya kepribadian muslim. Integritas atau kesempurnaan pribadi ini (meliputi integritas jasmaniah, intelektual, emosional dan etis dari individu ke dalam diri manusia paripurna), merupakan cita-cita pedagogis atau dunia cita-cita yang kita temukan sepanjang sejarah, dihampir semua Negara, baik oleh para filosof atau morolis di antara kebanyakan para ahli teori dan perhatian pendidikan yang telah banyak membantu dalam memberikan inspirasi terhadap bermacam-macam usaha pendidikan yang dianggap mulia pada segala zaman. Dengan demikian, tujuan pendidikan selalu terpaut pada zamannya, atau dengan kata lain bahwa rumusan tujuan pendidikan dapat dibaca pada unsur filsafat dan kebudayaan suatu bangsa. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah dia atas, maka timbul beberapa permasalaham yang akan penulis bahas, yaitu : 1. Apa tujuan pendidikan Islam ? 2. Apa tujuan Risalah ? C. PEMBAHASAN 1. Tujuan Pendidikan Islam Tujuan adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Karena itu tujuan pendidikan Islam, yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok yang melaksanakan pendidikan Islam. Menurut Drs. Ahmad D. Marimba, fungsi tujuan itu ada empat macam yaitu: 1. Mengakhiri usaha 2. Mengarahkan usaha 3. Tujuan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lanjutan dari tujuan pertama 4. Memberi nilai (sifat) pada usaha-usaha itu Drs. Ahmad D. Marimba mengemukakan dua macam tujuan, yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir. 1. Tujuan Sementara Tujuan sementara adalah sasaran sementara yang harus dicapai oleh umat Islam yang melaksanakan pendidikan Islam. Tujuan sementara di sini, yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti kecakapan sementara di sini, yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan ilmu-ilmu kemasyarakatan, kesusilaan, keagamaan, kedewasaan jasmani-rohani dan sebagainya. Kedewasaan rohaniah tercapai apabila orang telah mencapai kedewasaan jasmaniah. Di dalam Islam disebutkan bahwa seseorang telah mencapai dewasa jasmaniah apabila ia telah balig dengan ciri sebagai berikut : a. Laki-laki berumur 15 tahun, perempuan berumur 9 tahun b. Bermimpi c. Mengeluarkan haid bagi perempuan. Kedewasaan rohaniah, bukanlah merupakan sesuatu yang statis, melainkan melalui suatu proses. Oleh karena itu, sangat sukarlah ditentukan kapan seseorang yang telah mencapai dewasa rohaniah yang sesungguh-sungguhnya. Ukuran-ukuran mengenai hal ini bersifat teoritis dan juga merupakan ukuran gradual saja (lebih atau kurang). Seseorang dinyatakan mencapai dewasa rohaniah apabila ia telah dapat memilih sendiri, memutuskan sendiri dan bertanggung jawab sendiri sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya. Dengan demikian, maka mencapai kedewasaan merupakan tujuan sementara untuk mcncapai tujuan akhir. 2. Tujuan Akkir Tujuan akhir pendidikan Islam dapat dipahami dari firman Allah SWT : يأيها الدين ءامنوا اتقوا الله حق تقا ته ولا تمو تن إلا وأنتم مسلمو ن Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kali kamu mati melaikan dalam keadaan dalam beragama Islam” ( Q.S Ali Imron : 102 ) Adapun tujuan akhir pendidikan Islam yaitu terwujudnya kepribadian muslim. Yaitu kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan atau menceriminkan ajaran Islam. Menurut Drs. Ahmad D. Marimba, aspek-aspek kepribadian itu dapat dikelompokkan ke dalam tiga hal, yaitu : a. Aspek-aspek kejasmaniahan; meliputi tingkah laku luar yang mudah nampak dari luar. b. Aspek-aspek kejiwaan; meliputi aspek-aspek yang tidak segera dapat dilihat dari luar. c. Aspek-aspek kerohanian yang luhur, meliputi aspek-aspek kejiwaan yang lebih abstrak, yaitu filsafat hidup dan kepercayaan. Ringkasnya yang dimaksud dengan kepribadian muslim ialah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya, baik tingkah laku luarnya, kegiatan-kegiatan jiwanya maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan dan penyerahan diri kepadaNya. Drs. Muhammad Zen mengatakan di dalam bukunya Materi Filsafat Pendidikan Islam: Keperibadian muslim ini akhirnya tidak akan terlepas dari tiga aspek yaitu: Iman, Islam, dan Ihsan, sebagaimana yang tersebut dalam sebuah hadis yang cukup panjang, yaitu ketika Nabi Muhammad SAW kedatangan seorang yang tidak dikenal, yang tidak lain adalah Malaikat Jibril untuk mengadakan test, dan ternyata Nabi dapat menjawab dengan benar. Menurut Imam Ghazali, tujuan pendidikan yaitu pembentukan insan Paripurna, baik di dunia maupun di akhirat. Menurut Imam Ghazali pula manusia dapat mencapai kesempurnaan apabila mau berusaha mencari ilmu dan selanjutnya mengamalkan fadilah melalui ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Fadilah ini selanjutnya dapat membawanya untuk dekat kepada Allah dan akhirnya membahagiakannya hidup di dunia dan di akhirat. Dalam hal ini, beliau berkata: “Apabila saudara memperhatikan ilmu pengetahuan, niscaya saudara akan melihat suatu kelezatan padanya, sehingga merasa perlu mempelajarinya dan niscaya saudara akan mendapatkan bahwa ilmu itu sebagai sarana menuju ke kampung akhirat beserta kebahagiaannya dan sebagai media untuk bertaqarrub kepada Allah SWT., yang tidak dapat diraihnya jika tidak dengan ilmu tersebut. Martabat yang paling tinggi yang menjadi hak bagi manusia adalah kebahagiaan yang abadi. Dan sesuatu yang paling utama ialah sesuatu yang mengantar kepada kebahagiaan itu. Kebahagiaan tidak dapat dicapai tanpa melalui ilmu dan cara rnengamalkannya. Pangkal kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah ilmu pengetabuan karena mencari, ilmu termasuk amal utama.” Ringkasnya bahwa tujuan pendidikan ini adalah membina Insan, paripurna yang taqarrub kepada Allah, bahagia di dunia dan akhirat. Tidak dapat dilupakan pula orang yang mengikuti pendidikan akan memperoleh kelezatan ilmu yang dipelajarinya dan kelezatan ini pula dapat mengantarkannya kepada pembentukan Insan Paripurna sebagaimana dijelaskan di atas. Prof. Dr. M. Athiyah Al Abrasy mengemukakan tentang tujuan pendidikan dalam satu hal yaitu fadilah/keutamaan. Uraiannya adalah: “Para ahli pendidikan Islam telah sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadilah (keutamaan), membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci seluruhnya, ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan utama dalam pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. Dan belau juga mengutip pendapat Al-Ghazali: Tujuan dari pendidikan ialah mendekatkan diri kepada Allah, bukan pangkat dan bermegah-megahan dan janganlah hendaknya seorang pelajar itu belajar untuk mencari pangkat, harta, menipu orang bodoh atau bermegah-rnegah dengan kawan.” Abdul Fatah Jalal dalam bukunya yang berjudul Min Usulit Tarbiyati Fill Islam yang dialihbahasakan Drs. Herry Noer Ali mengelompokkan tujuan pendidikan Islam ke dalam tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum yaitu menjadikan manusia sebagai abdi atau hamba Allah SWT. yang senantiasa mengagungkan dan membesarkan asma Allah SWT. dengan meneladani Rasulullah SAW. menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, suka mempelajari segala yang bermanfaat baginya dalam merealisasikan tujuan yang telah digariskan oleh Allah SWT. Tujuan umum itu dapat dijabarkan kepada tiga aspek: a. Menyempurnakan hubungan manusia dengan Khaliknya. b. Menyempurnakan hubungan manusia dengan sesamanya, memelihara, memperbaiki dan meningkatkan hubungan antara manusia dan lingkungan merupakan upaya manusia yang harus senantiasa berkembang terus menerus. c. Mewujudkan keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara kedua hubungan itu dan mengaktifkan keduaduanya sejalan dan berjalin dalam diri pribadi ini berarti upaya yang terus menerus untuk mengenal dan memperbaiki diri. Adapun tujuan dalam proses mencakup 2 macam, yaitu: a. Tujuan keagamaan (Al-Gardnd Dieny) Yaitu tujuan yang terisi penuh nilai rohaniah Islam berorientasi pada kebahagiaan hidup di akhirat. Tujuan ini difokuskan pada pembentukan pribadi muslim yang sanggup melaksanakan syariat Islam melalui proses pendidikan spiritual menuju makrifat kepada Allah. b. Tujuan keduniaan (Al-Gardud Dun yawi) Tujuan ini lebih mengutamakan pada upaya untuk mewujudkan kehidupan sejahtera di dunia dan kemanfaatannya. 2. Tujuan Risalah Allah subhanahu wa ta’ala mengutus Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. dengan membawa ajaran agama yang suci, mudah, dan syariat yang lengkap. Ajaran yang dibawa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. menjamin kemuliaan hidup umat manusia. Dengannya, manusia akan memperoleh derajat tertinggi dan sempurna. Selama lebih kurang 23 tahun, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. mengaiak umat manusia menuju jalan yang telah digariskan Allah subhanahu wa ta’ala, dan beliau berhasil menyebarkan agama dan mempersatukan umat manusia dengannya. Dalam firman Allah SWT : وما أرسلنك إلا رحمة للعلمين Artinya : “ Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk ( Menjadi ) rahmat bagi semesta alam” ( Q.S An-Anbiya : 107 ) Risalah Islam bukanlah risalah yang bersifat lokal, terbatas hanya pada satu generasi atau suku-bangsa tertentu, sebagaimana risalah-risalah keagamaan yang diturunkan sebelum Islam. Risalah Islam merupakan ajaran yang bersifat universal; ia dituiukan bagiseluruh umat manusia hingga hari kiamat; ajaran Islam tidak dikhususkan untuk negeri tertentu atau masa tertentu. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al Furqan (Al Qur’an) kEpada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.” (Al Furqan [25]: 1) Imam Al Bukhari meriwayatkan dari Abu Sa’id Al Maqburi bahwasanya Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya agama ini mudah. Dan tidak ada seorang pun yang mempersulit agama ini, melainkan ia akan dikalahkan olehnya (merasa kesulitan dalam melaksanakannya. Imam Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Agama yang lebih disukai Allah adalah agama yang lurus dan penuh toleransi.” Permasalahan yang tidak berubah, baik waktu dan tempatnya seperti akidah dan ibadah, dijelaskan dengan sempurna dan terperinci. Di samping itu, diterangkan dengan nash-nash yanglebih lengkap sehingga seseorang tidak perlu lagi menambah ataupun menguranginya. Adapun permasalahan yang dapat berubah berdasarkan perkembangan waktu dan tempat, seperti problematika kemasyarakatan, urusan politik dan peperangan, semuanya dijelaskan secara umum agar dapat mengikuti kemaslahatan dan kebutuhan umat manusia di sepanjang masa. Di samping itu, dapat juga dijadikan sebagai pedoman bari para pemimpin dalam menegakkan kebenaran dan keadilan, karena perkara-perkaraini bersifat fleksibel. Semua ajaran Islam bertujuan untuk menjaga kepentingan agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Hal ini sesuai fitrah dan akal, perkembangan zaman,kk;hk مامانااهخاحخهتمكةمكتخعخجت serta dilaksanakan di setiap tempat dan masa. Tujuan Risalah Islam Tujuan yang ingin dicapai oleh risalah Islam adalah untuk membersihkan dan menyucikan jiwa, dengan caramengenal Allah dan beribadah hanya kepada-Nya. Selain itu, Islam juga ditujukan untuk mengukuhkan hubungan antara sesama manusia serta menegakkannya dengan disertai rasa saling menyayangi, persamaan dan keadilan. Dengan demikian, kebahagiaan umat manusia dapat terwujud, baik di dunia maupun di akhirat. D. KESIMPULAN Berdasarkan makalah yang penulis paparkan di atas, maka penulis dapat disimpulkan : Tujuan pendidikan Islam secara umum adalah membentuk manusia menjadi insan kamil, mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Tujuan pendidikan meliputi tujuan umum,akhir, sementara dll Tujuan Risalah Islam Tujuan yang ingin dicapai oleh risalah Islam adalah untuk merealisasikan rahmat bagi seluruh alam ( rahmah li al-alamin ) DAFTAR PUSTAKA Al-Maududi, Abdul A’la, Islamic Way of Life, (terjemahan); Islam sebagai Pandangan Hidup, Sinar Baru, Bandung, 1983. Ahmad, Sa’ad Mursa, Dr., Tathawwur A1-Fikry Al-Tarbawy, Matabi’ Sabjal Al-Arabi, Kairo, 1975. Al-Abrasyi, Mohammad Athiyyah, Dr., At-Tarbiyah Al-Islamiyah (terjemah Prof. H. Bustami A. Gani & Djohar Bachry, LIS. Dasar-dasar Pokok Pendidikan lslam, Bulan Bintang, Jakarta, 1974. A1-Djamaly, Mohammad Fadhil, Prof., Dr., Tarbiyyah Al-Insan Al-Jadid, Matba’ah Al-Ittihad Al-Aam Al-Tunisiyah Al-Syghly, 1967. Al-Syaebany, Omar Mohammad Al-Toumy, Prof., Dr., Falsafah Al Tarbiyah Al-Islamiyah, (terjemahan Dr. Hasan Langgulung; Falsafah Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1979. Ahwani, Ahmad Fuad, Al-Tarbiyah fil Islam, Dar Al-Maarif, Kairo. Afzalurrahman, Quranic Sciences, The Muslim School Trust, London, 1980. Abdullah, Abdurrahman Saleh, Educational Theory, a Quranic Qutlook, a doctoral thesis, University of Edinburg, 1981. Arifin, H.M. Drs. M.Ed., Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniah Manusia, Bulan Bintang, Jakarta, 1977.

Pembelajaran di Pondok Pesantren

Pembelajaran di Pondok Pesantren Pemmbelajaran merupakan suatu sistem yang menggunakan pendekatan dan teori teori tertentu, sehingga penelitian tentang pembelajaran dipesantren ini juga merupakan suatu hasil analisis yang dilakukan dengan proses dan proseduran tertentu. Pengertian sistem bisa diberikan terhadap suatu perangkat atau mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian yang satu dan lainnya saling berhubungan dan saling memperkuat. Jadi, sistem adalah suatu sarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Pengertian lainnya yang umum dipahami di kalangan awam adalah bahwa sistem itu merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan tersebut.[1] Bila kita mempergunakan istilah sistem pendidikan dan pengajaran pondok pesantren, maka yang dimaksud adalah saran berupa perangkat organisasi yang diciptakan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang berlangsung dalam pondok pesantren. Sedangkan bila kita mempergunakan istilah sistem pendekatan tentang metode pengajaran agama Islam di Indonesia, maka pengertiannya adalah cara pendekatan dan penyampaian ajaran agama Islam di Indonesia dalam ruang lingkup yang luas, tidak hanya terbatas pada pondok pesantren, tetapi mencakup lembaga-lembaga pendidikan formal, baik madrasah maupun sekolah umum dan nonformal, seperti pondok pesantren.[2] Kalangan pesantren tentu merasa bersyukur, bahkan berhak untuk bangga, karena meningkatnya perhatian masyarakat luas pada dunia pendidikan dan lembaga pesantren. Dari sebuah lembaga yang hampir-hampir tidak diakui eksistensi dan peran positifnya, menjadi sebuah lembaga yang hampir-hampir tak diakui eksistensi dan peran positifnya, menjadi sebuah bentuk pelembagaan sistem pendidikan yang berhak mendapatkan “label” asli Indonesia. Maka orang pun mulai membicarakan kemungkinan pesantren menjadi pola pendidikan nasional.[3] Sistem yang ditampilkan dalam pondok pesantren mempunyai keunikan dibandingkan dengan sistem yang diterapkan dalam pendidikan pada umumnya, yaitu : 1. Memakai sistem tradisional yang mempunyai kebebasan penuh dibandingkan dengan sekolah modern, sehingga terjadi hubungan dua arah antara santri dan kyai. 2. Kehidupan di pesantren menampakkan semangat demokrasi karena mereka praktis bekerja sama mengatasi problema non-kurikuler mereka. 3. Para santri tidak mengharap penghargaan kependidikan yaitu perolehan gelar dan ijazah, karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan ijazah, sedangkan santri dengan ketulusan hatinya masuk pesantren tanpa adanya ijazah tersebut. Hal itu karena tujuan utama adalah mencari keridlaan Allah Swt dan ilmu untuk diamalkan. 4. Sistem pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme, persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri, dan keberanian hidup. 5. Alumni pondok pesantren tidak ingin menduduki jabatan pemerintahan, sehingga mereka hampir tidak dapat dikuasai oleh pemerintah.[4] Selain hal itu penyelenggaraan sistem pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren sekarang ini, paling tidak dapat digolongkan kepada tiga bentuk, yaitu : 1. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam, yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara nonklasikal (sistem bandungan dan sorogan), di mana seorang kyai mengajar santri-santri brdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan; sedang para santri biasanya tinggal dalam pondok atau asrama dalam pesantren tersebut. 2. Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada dasarnya sama dengan pondok pesantren tersebut di atas, tetapi para santrinya tidak disediakan pondokan di komplek pesantren, namun tinggal tersebar di sekitar penjuru desa sekeliling pesantren tersebut (santri kalong)[5] di mana cara dan metode pendidikan dan pengajaran agama Islam diberikan dengan sistem weton, yaitu para santri datang berduyun-duyun pada waktu-waktu tertentu. 3. Pondok pesantren dewasa ini merupakan lembaga gabungan antara sistem pondok pesantren agama Islam dengan sistem bandungan, sorogan ataupun wetonan, dengan para santri disediakan pondokan ataupun merupakan santri kalong yang dalam istilah pendidikan pondok pesantren modern memenuhi kriteria pendidikan nonform serta menyelenggarakan juga pendidikan formal berbentuk madrasah dan bahkan sekolah umum dalam berbagai bentuk tingkatan dan aneka kejuruan menurut kebutuhan masyarakat masing-masing.[6] Pada lembaga pendidikan yang sedang kita pikirkan bersama saat ini, yaitu sistem pendekatan dengan metode pengajaran agama Islam di pondok pesantren, untuk memudahkan segala usaha dalam mencapai tujuan. Suatu tujuan yang hendak dicapai biasanya timbul dari pandangan hidup seseorang atau golongan atau masyarakat. Khusus dalam dunia pendidikan Indonesia, tujuan-tujuan pendidikan yang hendak dicapai dengan sistem atau metode didasarkan atas kategori-kategori; tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum dan khusus.[7] Pada tahap selanjutnya, pondok pesantren mulai menampakkan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan Islam yang mumpuni, yaitu di dalamnya didirikan sekolah baik secara formal maupun nonformal. Akhir-akhir ini pondok pesantren mempunyai kecenderungan-kecenderungan baru dalam rangka renovasi terhadap sistem yang selama ini dipergunakan, yaitu : 1. Mulai akrab dengan metodologi ilmiah modern. 2. Semakin berorientasi pada pendidikan dan fungsional, artinya terbuka atas perkembangan di luar dirinya. 3. Diversivikasi program dan kegiatan makin terbuka, dan ketergantungannyapun absolut dengan kyai, dan sekaligus dapat membekali para santri dengan berbagai pengetahuan di luar mata pelajaran agama maupun ketrampilan yang diperlukan di lapangan kerja. 4. Dapat berfungsi sebagai pusat pengembangan masyarakat.[8] Karena pondok pesantren merupakan salah satu sub sistem pendidikan di Indoensia, maka gerak dan usaha serta arah pengembangannya harusnya berada di dalam ruang lingkup tujuan pendidikan nasional itu. Tujuan yang bersifat operasional dan kurikuler pada pondok pesantren sampai kini belum dirumuskan. Oleh karena itu, tujuan institusional belum dirumuskan secara konkret dan sistematis. Pada umumnya pembelajaran di pesantren mengikuti pola tradisional, yaitu model sorogan dan model bandongan. Kedua model ini kyai aktif dan santri pasif. Untuk itu perlu adanya metode pembelajaran sebagaimana merupakan jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi jika dikaitkan dengan istilah mengajar, dimana mengajar berarti menyajikan atau menyampaikan, sedangkan metode mengajar sendiri adalah salah satu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pengajaran agar tercapai tujuan pengajaran.[9] Sebagai lembaga pendidikan Islam yang termasuk tertua, sejarah perkembangan pondok pesantren memiliki model-model pengajaran yang bersifat nonklasikal, yaitu model sistem pendidikan dengan metode pengajaran wetonan dan sorogan. Di Jawa Barat, metode tersebut diistilahkan dengan “Bendungan”, sedangkan di Sumatra digunakan istilah Halaqoh.[10] Secara garis besar metode pengajaran yang dilaksanakan di pesantren, dapat dikelompokkan menjadi dua macam, di mana diantaranya masing-masing sistem mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu : 1. Metode Wetonan (Halaqoh) Istilah weton berasal dari bahasa jawa yang diartikan berkala atau berwaktu. Pengajian weton tidak merupakan pengajian rutin harian, tetapi dilaksanakan pada saat-saat tertentu.[11] Metode ini di dalamnya terdapat seorang kyai yang membaca suatu kitab dalam waktu tertentu, sedangkan santrinya membawa kitab yang sama lalu santri mendengar dan menyimak bacaan kyai. Metode ini dapat dikatakan sebagai proses belajar mengaji secara kolektif.[12] Termasuk dalam kelompok sistem bendongan atau weton ini adalah halaqah, yaitu model pengajian yang umumnya dilakukan dengan cara mengitari gurunya. Para santri duduk melingkar untuk mempelajari atau mendiskusikan suatu masalah tertentu di bawah bimbingan seorang guru.[13] 1. Metode Sorogan Metode yang santrinya cukup pandai mensorogkan (mengajukan) sebuah kitab kepada kyai untuk dibaca di hadapannya, kesalahan dalam bacaannya itu langsung dibenarkan oleh kyai. Metode ini dapat dikatakan sebagai proses belajar mengajar individual.[14] Model ini amat bagus untuk mempercepat sekaligus mengevaluasi penguasaan santri terhadap kandungan kitab yang dikaji. Akan tetapi metode ini membutuhkan kesabaran, ketekunan, ketaatan dan kedisiplinan yang tinggi dari para santri. Model ini biasanya hanya diberikan kepada santri pemula yang memang masih membutuhkan bimbingan khusus secara intensif. Pada umumnya pesantren lebih banyak menggunakan model weton karena lebih cepat dan praktis untuk mengajar banyak santri.[15] Meskipun setiap pesantren mempunyai ciri-ciri dan penekanan tersendiri, hal itu tidaklah berarti bahwa lembaga-lembaga pesantren tersebut benar-benar berbeda satu sama lain, sebab antara yang satu dengan yang lain masih saling kait mengkait. Sistem yang digunakan pada suatu pesantren juga diterapkan di pesantren lain. Di samping metode-metode yang sudah penulis jelaskan tadi, ada juga metode-metode pembelajaran dalam pesantren, seperti; metode musyawaroh (bahtsul masa’il), Metode Pengajian Pasaran, Metode Hafalan (Muhafadzah), Metode Demonstrasi/Praktek Ibadah, Metode Rihlah Ilmiah, Metode Riyadhah.[16] 1. Musyawaroh (Bahtsul Masa’il) Musyawaroh (Bahtsul Masa’il) merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa orang santri orang santri dengan jumlah tertentu membentuk halaqah yang dipimpin langsung oleh seorang Kyai atau ustadz, atau mungkin juga santri senior, untuk membahas atau mengkaji suatu persoalan yang telah ditentukan sebelumnya. 1. Metode Pengajian Pasaran Metode pasaran adalah kegiatan belajar para santri melalui pengkajian materi (Kitab) tertentu pada seorang ustadz yang dilakukan oleh sekelompok santri dalam kegiatan yang terus menerus (maraton) selama tenggang waktu tertentu. Tetapi umumnya pada bulan Ramadlan selama setengah bulan, dua puluh hari, atau terkadang satu bulan penuh tergantung pada besarnya kitab yang di kaji. 1. Metode Hafalan (Muhafadzah) Metode hafalan ini adalah kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan seorang ustadz/kyai. 1. Metode Demonstrasi/Praktek Ibadah Metode Demonstrasi/Praktek Ibadah adalah cara pembelajaran yang dilakukan dengan memperagakan suatu keterampilan dalam hal pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan secara perorangan maupun kelompok dibawah petunjuk dan bimbingan ustadz. 1. Metode Rihlah Ilmiah Metode Rihlah Ilmiah (studi tour) ialah kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan melalui kegiatan kunjungan (perjalanan) menuju ke suatu tempat tertentu dengan tujuan untuk mencari ilmu. 1. Metode Riyadhah Metode Riyadhah ialah salah satu metode pembelajaran di pesantren yang menekankan pada olah batin untuk mencapai kesucian hati para santri dengan berbagai macam cara berdasarkan petunjuk dan bimbingan Kyai. ________________________________________ [1]Ibid., hlm. 114. [2]Ibid. [3]Nurcholis Madjid, Op. Cit., hlm. 87. [4]Muhaimin & Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Agama Islam (Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya), Trigenda Karya, Bandung, 1993, hlm. 299-300. [5]Pada dasarnya santri dibedakan menjadi dua, yaitu santri kalong; santri yang bertempat tinggal di sekitar pesantren, dan santri mukim; santri yang tinggal di dalam pondok pesantren. [6]Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Op.Cit, hlm. 46. [7]Djamaluddin, & Abdullah Aly, Op.Cit, hlm. 115. [8]Muhaimin & Abdul Mujib, Op.Cit, hlm. 301. [9]Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2001, hlm. 107. [10]Tim Depag. RI, Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren, Dirjen Binbaga, Jakarta, 1983, hlm. 8. [11]Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Op.Cit., hlm. 52. [12]Muhaimin & Abdul Mujib, Op.Cit., hlm. 300. [13]Wahjoetomo, Op.Cit., hlm. 83. [14]Muhaimin & Abdul Mujib, Loc. Cit. [15]Wahjoetomo, Op.Cit., hlm. 84. [16] Departemen Agama Republik Indonesia, Pola Pembelajaran di Pesantren, DEPAG RI, 2001, hal. 92-113.

PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT HADIST NABI

PENDIDIKAN KELUARGA MENURUT HADIST NABI A. Latar belakang Al Qur an dan Hadist adalah kitab suci yang Allah swt turunkan kepada umat manusia agar dijadikan sebagai pedoman hidup. Oleh karena itu Al Quran dan Hadist penuh dengan petunjuk dan tuntunan yang mencakup seluruh aspek dan sektor kehidupan manusia. Termasuk di dalamnya adalah petunjuk dan tuntunan dalam membangun kehidupan rumah tangga.Setiap manusia pasti menginginkan memiliki kehidupan rumah tangga yangharmonis yang di dalamnya terdapat sakinah, mawaddah dan rahmah, ada ketentraman, kedamaai serta cinta dan kasih sayang yang tumbuh sumbur di dalamnya sehinggatercipta rumah tangga yang harmonis. Diantara petunjuk dan tuntunan Allah swt yang terkait dengan kehidupan rumah tangga adalah terdapat hadist-hadist nabi yang menganjurkan pendidikan keluarga.Selanjutnya akan di bahas dalam pembahasan makalah berikut ini; B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian pendidikan? 2. Apa fungsi pendidikan keluaga dalam Hadist Nabi? 3. Apa saja metode-metode pendidikan dalam keluarga? C. PEMBAHASAN 1. Pengertian Pendidikan a. Menurut sayid sabiq,dalam kitabnya yang berjudul “ Islamuna ” Pendidikan adalah bahwa pendidikan dan pengajaran berfungsi sebagai sarana atau alat untuk menyelamatkan manusia dari siksa api neraka. Ini berarti, bahwa setiap orang yang beriman, yang sudah barang tentu menginginkan terpelihara dirinya dan keluarganya dari siksa api neraka, berkewajiban melaksanakan pendidikan dan pengajaaran Islam sebaik-baiknya. Perintah Allah Swt ini, telah dipertegas lagi oleh sabda Rosulullah Saw : اكر موا اولادكم واحسنوا ادبهم ( رواه ابى ما جه ) Artinya : “ Mulyakan anak-anakmu dan bangunlah penndidikan mereka” ( HR.Ibnu majah ) Berdasarkan hadits di atas, maka pendidikan dan pengajaran merupakan penghormatan atas hak-hak anak. Karena memang pada hakekatnya, pendidikan adalah merupakan hak anak yang menjadi kewajiban orang tuanya. Anak kelak bisa menuntut pertangungjawaban kepada orang tuanya, bila mengabaikan dan tidak mengindahkan kewajiban mendidik anak-anaknya ini. b. Umar bin khottob pernah mengatakan : من حق الولد على الولد ان يعلمه الكتا بء وان لا ير زقه الا جلا لا طيبا Artinya : “Termasuk hak anak yang menjadi kewajiban orangtua, adalah mengajarnya menulis, memanah dan tidak memberinya rezki kecuali yang halal lagi baik”. Dari kata-kata Umar bin khatob ini dapat di ambil pengertian bahwa : 1. Pendidika, baik pendidikan jasmani, akal maupun rohani, adalah merupakan hak anak. 2. Setiap orang tua berkewajiban memberikan hak pendidikan anak-anaknya dengan sebaikbaiknya. 3. Setiap orangtua berkewajiban memberikan nafkah kepada anak-anaknya. 4. Setiap orangtua berkewajiban mencari rizki yang halal dan baik untuk nafkah anak-anaknya. Jadi jelaslah bagi kita, betapa pentingnya pendidikan itu menurut ajaran islam. c. Imam Ghozali seorang tokoh Islam yang terkenal dengan gelar “ Hujjatul Islam”, menegaskan: ) و الصبي اما نه عند والد يه و قلبه الطا هر جو هر ه نفيسه سا د جه خا ليه عن كل ما نفش وصو ره, وهو قا بل لكل ما نقش و ما ئل الى كل ما يمال به, فإن عود الخير وعلمه , نشأ عليه و سعد فى الدنيا والاخره , وشاركه فى ثوابه ابواه وكل معلم له ومودب , وان عود الشر واهمل اهمال البها ئم شقى وهلك وكان الوزر فى رقبه القيم عليه والوالي له Artinya : “ Anak itu amanat ( Tuhan ) bagi kedua orangtuanya. Hatinya bersih bagaikan mutiara yang indah, bersahaja, bersih dari setiap lukisan dan gambar. Ia menerima bagi setiap yang dilukiskan, cenderung kepada arah apa saja yang di arahkan kepadanya. Jika ia dibiasakan dan diajar yang baik, ia dapat tumbuh menjadi baik, beruntung di dunia dan akhirat. Kedua orangtuanya, semua gurunya, pengajarnya serta yang mendidikya ia dibiasakan melakukan keburukan dan dibiarkan sebagaimana membiarkan binatang, ia celaka dan rusak. Adalah dosanya menimpa leher ( pundak ) pengasuh dan walinya”. Kalau kita ikuti pendapat Al-Ghazali ini, maka berarti setiap orangtua, para pendidik maupun para guru pada hakekatnya adalah mengemban amanat Allah. Karena sebagai amanat, maka harus ditunaikan dan kelak mereka akan diminta pertangungjawaban oleh Allah tentang bagaimankan keadaan pendidikan anak-anaknya. 2. Funsi pendidkan menurut hadist nabi Didalam hadist diterangkan Artinya : “ Tiada seorang anakpun yang dilahirkan kecuali ia dilahirkan menetapi fitrhroh. Maka kedua orang tuanyalah yang menyebabkan dia menjadi Yahudi, nashrani, atau majusi”. Jadi berdasarkan hadist dan keterangan di atas, menunjukkan bahwa setiap manusia baik laki-laki maupun perempuan lahir dalam keadaan yang sama, yaitu fitroh bertauhid dan beraqidah keimanan kepada Allah. 3. Metode-metode pendidikan keluarga a. Metode Tanya jawab قَالَ فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا. Artinya:. Beliau bersabda; Begitulah perumpamaan salat lima waktu, dengannya Allah menghapus dosa-dosa. (Muslim,) Uraian tersebut memberi makna bahwa dialog dilakukan oleh seseorang dengan orang lain, baik mendengar langsung atau melalui bacaan. Nahlawi, mengatakan pembaca dialog akan mendapat keuntungan berdasarkan karakteristik dialog, yaitu topik dialog disajikan dengan pola dinamis sehingga materi tidak membosankan, pembaca tertuntun untuk mengikuti dialog hingga selesai. Melalui dialog, perasaan dan emosi akan terbangkitkan, topik pembicaraan disajikan bersifat realistik dan manusiawi. Dalam Alquran banyak memberi informasi tentang dialog, di antara bentuk-bentuk dialog tersebut adalah dialog khitâbi, ta’abbudi, deskritif, naratif, argumentatif serta dialog nabawiyah. Metode tanya jawab, sering dilakukan oleh Rasul saw. dalam mendidik akhlak para sahabat. Dialog akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang sesuatu yang tidak mereka pahami. Pada dasarnya metode tanya jawab adalah tindak lanjut dari penyajian ceramah yang disampaikan pendidik. Dalam hal penggunaan metode ini, Rasulullah saw. menanyakan kepada para sahabat tentang penguasaan terhadap suatu masalah. b. Metode pengulangan وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ. Artinya : “Celakalah bagi orang yang berbicara dan berdusta agar orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan baginya. (As-Sijistani,). Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah pengulangan/latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan mental dimana seseorang membayangkan dirinya melakukan perbuatan tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan secara nyata merupakan alat-alat bantu ingatan yang penting. Latihan mental, mengaktifkan orang yang belajar untuk membayangkan kejadian-kejadian yang sudah tidak ada untuk berikutnya bayangan-bayangan ini membimbing latihan motorik. Proses pengulangan juga dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang. Kemampuan melukiskan tingkah laku dan kecakapan membuat model menjadi kode verbal atau kode visual mempermudah pengulangan. Metode pengulangan dilakukan Rasulullah saw. ketika menjelaskan sesuatu yang penting untuk diingat para sahabat. c. Metode pemecahan masalah ثُمَّ قَالُوا حَدِّثْنَا مَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ هِيَ النَّخْلَةُ. Artinya “ Para sahabat berkata; beritahukan kami wahai Rasulullah!. Sabda Rasul saw; itulah pohon kurma.(al-Bukhari,). Metode tanya jawab berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain, serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya, melalui dialog, perasaan dan emosi pembaca akan terbangkitkan, jika topik pembicaraan disajikan bersifat realistik dan manusiawi. (an-Nahlawi, t.t.: 205) Uraian tersebut memberi makna bahwa dialog dilakukan oleh seseorang dengan orang lain, baik mendengar langsung atau melalui bacaan. d. Metode diskusi فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ. Artinya “Dia datang tapi telah mencaci ini, menuduh ini, memakan harta orang ini, menumpahkan darah (membunuh) ini dan memukul orang ini. Penjelasan hadis di atas yaitu Rasulullah saw. memulai pembelajaran dengan bertanya dan jawaban sahabat ternyata salah, maka Rasulullah saw. menjelaskan bahwa bangkrut dimaksud bukanlah menurut bahasa. Tetapi bangkrut yang dimaksudkan adalah peristiwa di akhirat tentang pertukaran amal kebaikan dengan kesalahan. (an-Nawawi,). a. Metode Tanya jawab حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ ح وَقَالَ قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا بَكْرٌ يَعْنِي ابْنَ مُضَرَ كِلَاهُمَا عَنْ ابْنِ الْهَادِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَفِي حَدِيثِ بَكْرٍ أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ قَالُوا لَا يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ قَالَ فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللَّهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا. b. Metode pengulangan حَدَّثَنَا مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ بَهْزِ بْنِ حَكِيمٍ قَالَ حَدَّثَنِي أَبِي عَنْ أَبِيهِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَيْلٌ لِلَّذِي يُحَدِّثُ فَيَكْذِبُ لِيُضْحِكَ بِهِ الْقَوْمَ وَيْلٌ لَهُ وَيْلٌ لَهُ. c. Metode pemecahan masalah حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ الشَّجَرِ شَجَرَةً لَا يَسْقُطُ وَرَقُهَا وَإِنَّهَا مَثَلُ الْمُسْلِمِ فَحَدِّثُونِي مَا هِيَ فَوَقَعَ النَّاسُ فِي شَجَرِ الْبَوَادِي قَالَ عَبْدُ اللَّهِ وَوَقَعَ فِي نَفْسِي أَنَّهَا النَّخْلَةُ فَاسْتَحْيَيْتُ ثُمَّ قَالُوا حَدِّثْنَا مَا هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ هِيَ النَّخْلَةُ. d. Metode diskusi

HUBUNGAN ILMU TAUHID DENGAN ILMU PSIKOLOGI PENDIDIKAN

HUBUNGAN ILMU TAUHID DENGAN ILMU PSIKOLOGI PENDIDIKAN MAKALAH A. PENDAHULUAN Kita sebagai umat islam tantunya mengetahui bahwasanya mempelajari Ilmu Tauhid itu hukumnya wajib. Karena di dalam ilmu Tauhid kita dapat mengetahui tentang keEsaan Allah,wujud Allah,tentang sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya,sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari pada-Nya. Begitu juga mempelajari ilmu psikologi pendidikan tidak kalah penting. Peningkatan kualitas SDM merupakan rangkaian upaya untuk mewujudkan manusia seutuhnya yaitu mencakup pembangunan manusia,baik sebagai insan maupun sumber daya pembangunan. Pembangunan manusia sebagai nsan dan sumber daya pembangunan adalah menekankan pada harkat,martabat,hak,dan kewajiban manusia. Hal itu tercermin dalam nilai-nilai yang terkandung dalam diri manusia,baik etika,estetika,maupun logika. Pembangunan manusia sebagai insan tidak terbatas pada umur tertentu,tetapi berlangsung dalam seluruh kehidupan manusia. Salah satu kelompok manusia yang sedang dalam proses dibangun adalah dalam konteks pendidikan. Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana hubungan antara ilmu Tauhid dengan ilmu psikologi pendidikan yang didalamnya menjelaskan tentang mengEsakan Allah yang sebenarnya dengan menggunakan ilmu psikologi pendidikan. B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana ilmu Tauhid itu ? 2. Apa hakikat dari ilmu psikologi pendidikan itu? 3. Bagaimana hubungan antara ilmu tauhid dengan ilmu psikologi pendidikan? C. PEMBAHASAN 1 . Pengertian Ilmu Tauhid Aqidah islamiah bagi umat islam merupakan masalah ke agamaan yang pertama-tama diperdebatkan,yang dilatar belakangi oleh faktor politik pada awal pertumbuhanya sepeninggal Rosulullah SAW. Permasalan Aqidah inilah yang menjadi faktor utama munculnya disiplin ilmu keislaman yang di kenal dengan nama ilmu Tauhid atau juga disebut ilmu kalam,Ilmu ushuluddin,Ilmu ‘Aqoid,dan juga disebut Teologi islam. Perbedaan nama tersebut memiliki titik tekan pembahasan yang berbeda sebagai respon terhadap problem-problem umat islam. Ilmu tauhid secara harfiah,berarti ilmu tentang keEsaan ALLAH SWT. Sebagaimana diketahui bahwa,masalah keEsaan Tuhan adalah bagian dari masalah-masalah Aqidah yang paling utama, karena”mengEsakan ALLAH“ itu tujuan hakiki dari Aqidah islam, maka oilmu tentang Aqidah Islam dinamakan dengan ilmu Tauhid. Tauhid adalah suatu ilmu yang membahas tentang wujud Allah,tentang sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya,sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib di lenyapkan dari pada-Nya Asal makna tauhid ialah meyakinkan bahwa Allah adalah satu,tidak ada syarikat bagi-Nya. Sebabnya dinamakan ilmu Tauhid ialah karena bagian yang terpenting menetapkan sifat Wahdah (satu) bagi Allah dalam dzat-Nya dan dalam perbuatan-Nya menciptakan alam seluruhnya dan Ia sendiri-Nya pula tempat kembali segala alam ini. Sebutan ilmu ushuluddin digulirkan untuk menetapkan ideologi-ideologi religius melalui dalil-dalil ideologis,yaitu membangun ideologi islam berdasarkan atas asas-asas rasionalisme demonnstratif (Aqliyyah burhaniyyah ),sehingga memungkinkan untuk memahami, memunculkan dan membela ideologi islam tersebut. Sedangkan sebutan ilmu kalam maksudnya adalah kalamullah sebagai objek pembahasan. Objek pembahasan ilmu kalam ada dua: Pertama, ilmu kalam adalah usaha pemahaman yang dilakukan para ulama’(teolog Islam ) tentang Aqidah Islam yang terkandung dalam dalil naqli (Qur’an dan hadist). Ke dua, tujuan usaha pemahaman itu adalah menetapkan, menjelaskan atau membela Aqidah Islam, serta menolak Aqidah yang salah atau bertentangan dengan Aqidah Islam. Menurut Muhammad Abduh,Agama islam adalah agama Tauhid di dalam keyakinan,bukan agama yang terpecah-pecah di dalam peraturan. Sedangkan Akal budi merupakan pembantunnya yang kuat,dan Naql merupakan sendinya yang kokoh. Tauhid atau pengEsaan Allah memainkan peranan penting dalam berbagai Aspek kehidupan manusia. Tauhid menjadi pemancar kebaikan di dunia dan keselamatan di akhirat. Kadar keselamatan manusia diakhirat berbanding lurus dengan kadar keyakinan dalam bertauhid. Begitu pula halnya dengan keridhoan Allah di dunia dan di akhirat. Dunia adalah tempat pengujian dan akhirat adalah tampat pembalasan. Jadi tauhid atau keEsaan Allah merupakan hakikat terpenting bagi keberadaan manusia,baik dalam kehidupan di dunia maupun dihari perhitungan,atau di alam akhirat yang dilanjutkan dengan kehidupan di surga atau di neraka. Para ulama’ mengatakan bahwa ada lima tingkatan tauhid yaitu:  Tauhid dalam Dzat Maksudnya adalah bahwa Allah adalah satu,tidak mempunyai sekutu dan tandinganya,tidak ada sesiatu pun yang serupa dengan-Nya. Dzat Allah yang suci tidaklah tersusun dari bagian-bagian seperti jasad makhluk hidup. Dzat-Nya sangat sempurna dan tidak serupa dengan dzat-dzat lainya.  Tauhid dalam sifat Maksudnya ialah bahwa Allah adalah Maha Sempurna dan Maha Tinggi. Meskipun Allah menyandang berbagai macam sifat seperti Maha Tahu, Maha Kuasa, dan Maha Hidup,kuantitas berbagai sifat itu muncul melelui pemahaman akal.  Tauhid dalam perbuatan Tauhid dalam perbuatan bermakna bahwa seorang mu’min hendaknya meyakini bahwa Allah telah menciptakan segala sesuatu,segenap aturan ,dan berbagai karakteristiknya masing-masing. Dalam ajaran lain,Tauhid dalam perbuatan berarti beriman kepada pernyataan berikut”tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.  Tauhid dalam ibadah Ini berarti bahwa suatu ibadah hanya diperuntukkan bagi Allah,dan tidak seorang pun yang berhak mendapatkanya.  Tauhid dalam kekusaan hukum. Ada tiga jenis tauhid dalam kekuasaan hukum: 1. Tauhid Dalam Kekuasaan. Ini bearti bahwa hukum dan kekuasaan dalam al-qur’an hanya dimiliki oleh Allah saja. Ingatlah bahwa segala perintah dan hukum itu hanyalah milik Allah. 2. Tauhid Dalam Pembuatan Hukum. Pembuatan hukum atas manusia adalah hak khusus yang hanya dimiliki oleh Allah. Tidak seorang pun diperkenankan membuat hukum yang bertentangan dengan apa yang telah diturunkan Allah. Menurut ulama’ ahlussunnah waljama’ah:”iman adalah memantapkan hati pada hukum-hukum agama yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW”.adapun pengucapan-pengucapan bagi orang kafir asli yang masuk agama islam karena bisa membaca syahadat itu ada perbedaan di antara para ulama’. 3. Tauhid Dalam Kekuatan Ini berarti bahwa kekuatan adalah hak mutlak Allah. Jika Allah memerintahkan kita untuk menaati Rosul-rosul-Nya,ini berarti bahwa dia memerintahkan kita untuk menaati mereka. 2. Hakikat Psikologi Pendidikan a. Pengertian Psikologi Pendidikan. Pada dasarnya jiwa manusia di bedakan menjadi dua aspek,yakni aspek kemampuan(ability) dan aspek kepribadian (personality).aspek kemampuan meliputi prestasi belajar,inteligensia,dan bakat. Sedangkan aspek kepribadaian meliputi watak, sifat, penyesuaian diri, minat, emosi, sikap, dan motifasi. Dalam sejarah perkembanganya,pendididkan di kembangkan oleh para ahli psikologi. Di dunia islam pendidikan di kembangkan Ibnu Miskawaih,Al-Ghazali, Al-Muhasibi ,dan Abu Thalib Al-Makki. Keempat orang ini merupakan ahli ilmu jiwa(psikolog yang terkenal). Sementara iti,pendidikan eropa,yang kemudian menjadi istilah pendidikan umum, juga di kembangkan oleh para psikolog.Johann Friedrich Herbart (1776) adalah pionernya, ia merupakan filsuf dan psikolog yang pandang pandanganya di kabarkan mempengaruhi Freud dan Josef Breuer. Teori terkenal Herbart adalah bahwa belajar merupakan proses penggabungan antara pengetahuan yang telah ada dan informasi baru. Karya tulisnya yang cukup terkenal adalah buku Pedagogics. Dalam bahasa indonesia, apa bila”direcah”,kata psikologi merupakan gabungan dari dua kata,yaitu “psiko dan logi”. Psiko berasal dari kata psyche dan logi berasal dari kata logos. Psche berarti jiwa,sedangkan logos berarti ilmu. Pemaknaan secara bahasa bahwa psikologi merupakan ilmu yang mempelajari sesuatu yang bersifat abstrak yaitu jiwa. Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai ilmu karena di dalamnya telah terpenuhi persyaratan suatu ilmu,adanya aspek ontologi,epistemologi dan aksiologi. Aspek ontologi adalah perilaku-perilaku individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung. Aspek epistemologi adalah teori-teori,konsep-konsep,prinsip-prinsip,dan dalil-dalil yang dihasilkan berdasarkan upaya sistematis melalui berbagai studi. Adapun aspek aksiologi atau manfaat psikologi pendidikan berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan evektifitas proses pendidikan. Psikologi pendidikan dapat dimaknai sebagai salah satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu dalam konteks aktivitas pendidikan. Tujuan atu targetnya adalah menemukan berbagai fakta,generalisasi,dan teri-teori psikologi berkaitan dengan pendidikan,melalui metode ilmiah tertentu,dalam rangka pencapaian evektivitas prosesnya. b.Ruang lingkup psikologi pendidikan. Definisi pendidikan sangat beragam. Al-Ghazali mendefinisikan pendidikan sebagai sebuh proses pembiasan (riyadhah). Pembiasaan yang dimaksud oleh Al-Ghazali adalah upaya menimbulkan respons pada siswa melalui pembimbingan secara emosi dan fisik. Kata riyadhah berati menahlukkan dan menundukkan anak kuda serta mengajarinya berlari. Pada perkembangan berikutnya kata ini memiliki kata yang beragam. Dunia tasawuf memakainya untuk menyebut sebuah proses latihan rohani dalam rangka menundukkan raga wadag manusia pada raga halusnya. Adpun dalam di siplin geometri kata riyadhah di peruntukkan bagi penyebutan ilmu ukur. Sementara itu, sebagian anti pendidikan islam menyebu istilah pendidikan dengan tarbiyah atau ta’lim. Arti asli kata tarbiyah adalah pengurus pohon secara telaten. Adpun arti asli kata ta’lim adalah memberi tanda khusus pada suatu benda. Tahap berikutnya,dua kata tersebut menjadi terminologi resmi pendidikan walaupun kata ta’lim kurang populer di banding kata tarbiyah. Tarbiyah yang telah menjadi terminologi resmi pendidikan memiliki arti: proses pembentukan karakter individu siswa untuk mencapai kesempurnaan etika,memiliki keprigelan,menguasai ketajaman analisis,mempunyai kemampuan membaca diri (self digest) dan cakap mengungkapkan ide melalui bahasa verbak dan penataan kata (tulisan ). Bila di cermati secara saksama,pendidkan dalam psikologi adalah proses yang dilakukan oleh suatu sistem untuk mempengaruhi sistem lain melalui pengaturan tertentu. Dalam hal ini pendidikan meliputi bentuk penyampaian karakter,pembentukan keterampilan,penerapan pengaruh, dan penyampaian materi spesifik,sistem,serta paradigma. Jadi, psikologi menyebut pendidikan sebagai upaya penyampaian pesan kedalam jiwa siswa. c. Kegunaan Psikologi Pendidikan Dirunut secara perpoin,kegunaan psikologi pendidikan adalah sebagai berikut. a. Mencapai pendidikan yang efektif. b. Menumbuhkan pengertian yang tepat. c. Menimbulkan rasa senang dalam belajar . d. Memengaruhi sikap siswa. 3. Hubungan Antara Ilmu Tauhid dengan Ilmu Psikologi Pendidikan. Didepan telah kita bahas apa itu yang namanya ilmu tauhid dan apa itu ilmu psikologi pendidikan. Setelah kita mengetahui dan memahami maksud dan ruang lingkup kedua ilmu tadi, pada bagian ini akan mengomparasikan kedua ilmu tersebut atau yang lebih ringan mencari hubungan atas keduanya. Telah kita ketahui bahwasanya dalam proses belajar maupun mengajar,tentunya ada hal pokok yang di situ memeng harus diterapkan,apa lagi kita sebagai pelajar islam sudah barang tentu ada konsep-konsep yang harus kita ta’ati dan laksanakan. Ilmu tauhid yang mengajari dan mengajak kita A llah SWT. Mempelajari ilmu tauhid kita dapat mengetahui apa-apa yang harus ada pada Tuhan dan yang mustahil ada padaNya. Ketika kita telah mengetahuinya hal itu akan dapat merubah sikap ataupun perilaku kita,baik itu terhadap Tuhan,sesama ataupun alam. Dalam ilmu psikologi pendidikan kita juga diajarkan bagaimana kita bisa mengetahui karakter peserta didik, bisa mengarahkanya pada hal-hal yang baik dan tentunya kita akan mudah andil dalam mengubah moral pada peserta didik. Setelah hal itu tercapai,hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat mereka(peserta didik)akan membelok lagi dari jalur yang semestinya. Entah itu ketika ada waktu dan tempat yang tepat. Misal korupsi jawaban ulangan ataupun tidak dan masih banyak lagi. Namun hal ini dapat ditanggulangi dengan adanya implementasi ilmu tauhid sendiri,misal penghayatan sifat-sifat Allah, dengan selalu meng hadirkan Allah pada setiap gerak-gerik kita maka dapat menepis rencana-rencana buruk. Dan ilmu tauhid sendiri adalah sebagai bentuk menyadadar kajian psikologi sehingga konsep acionnya. • Penghayatan sifat Sama’ dan Bashar. Allah sebagai benteng jiwa. • Al-Sama’ berarti “mendengar” yang menurut Quris Shihab adalah dapat berarti menangkap suara atau bunyi dan dapat juga berrti mengindahkan atau mengabulkan. Allah maha mendemar,dalam artiyan tidak ada sesuatu apapun yang dapat terdengar walau sangat halus yang tisak tertangkap olehNya atau luput dari jangkauannya. Menurut Al-Gozali yang dikutip Qurais Shihab dalam “menyingkap Tabir Ilahi –Asmaul husna dalam perspektif Al- Qur’an”.” Dia mendengar jejak semut hitam yang berjalan diatas batu yang halus di malam yang gelap. Bahkan Allah SWT mendengar itu di tengah sorab-sorai kebisingan yang memecahkan anak telinga seluruh mahluk. Dia mendengar pujian yang memujiNya.maka diberinya ganjaran,do’a yang berdo’a. Sehingga diperkenankan –Nya do’anya. Dia mendengar tanpa telinga,sebagaimana halnya mahluk. Dia melakukan sesuatu tanpa anggota badan atau berbicara tanpa lidah”. Begitu juga Al-Bashor yang berarti “pengetahan tentang sesuatu”. Didalam Al-Qur’an kata “Bashar” dan “Bashira” terulang sebanyak 51 kali, sebagian diantaranya merupakan sifat manusia pada umumnya obyek dari “Bashira”yang menunjukkan sifat Allah adalah apa yang kamu kerjakan. Adapun ada juga yang obyeknya adalah segala sesuatu. Dengan penghayatan dari kedua sifat wajib Allah ini, adalah merupakan hal yang sebagai pengontrol adanya ilmu psikologi pendidikan,dalam rielnya ketika peserta didk telah mampu menghayati kedua sifat Allah ini. Mereka akan secara sadar dapat menghadirkan Allah dalam setiap tindakanya. Ketika ilmu psikologi mengajarkan bagaimana mengetahui dan membentuk karakter peserta didik yang baik. Maka tauhidlah yang sebagai benteng supaya peserta didik ini tidak lagi kembali kepada hal-hal yang negatif. Maka penghayatan tauhid asma’ wal sifat adalah sebagai contoh, suatu ketika ada siswa yang tengah kesulitan dalam mengerjakan soal ujian, namun teman-temannya ada yang bisa,padahal ada tuntutan harus mendapat nilai baik . dalam hal ini ketika ilmu psikologi pendidikan tidak berhasil diterapkan pada anak ini, pastilah anak ini tidak akan menyontek,karena dia bangga akan hasil sendiri. Namun hal ini tidak bisa menjamin anak ini berbuat nyontek. Tetapi,ketika anak ini telah diberi wawasan tentang Tauhid,dia dapat menghadirkan Allah disetiap dia bertindak,maka dia tidak akan sekali-kali berani menyontek atau yang lebih trennya korupsi jawaban,karena si anak ini yakin bahwa Allah punya sifat Ssami’ Wa Bashir, apa-apa yang ia kerjakan Allah pasti tahu. Seperti yang telah diterangkan dalam Al-Qur’an (Q.S. Yunus:61,Q.S. Al-An’am: 103, Q.S. Al- Alaq:14).  Ilmu Padi,dari Psikologi Pendidikan ke Tauhid Terpacu dari contoh tadi,maka tidaklah salah pepatah yang sering kita dengar” jadilah seperti padi” apa yang di inginkan dari hal ini,sebetulnya dari sini kita belajar banyak tentang tauhid, namun tidak hanya itu saja yang dapat kita pelajari. Sekitar tahun 1970 ada penemuan tentang IQ dan sekitar 1990 an ada Q yang lain yang dirasa lebih penting dari pada sekedar IQ yaitu EQ. Kedua ilmu ini mengajarkan bagaimana memahami serta meramalkan perasaan dan tindakan yang perlu dilakukan. Namun tidak hanya sebatas itu,akhir dasawarsa ini telah di gemparkan kembali telah di temukanya Q lain lagi yaitu SQ. Bentuk Q yang ini merupakan pengontrol dari IQ dan EQ sendiri. Didalam SQ diajarkan semua kembali pada Tuhan,intinya kita diajari tentang ketuhanan. Balik lagi kepada ilmu padi,ketika padi masih muda ini diibaratkan manusia yang masih ringan akan ilmu, baik itu pada intelektual ataupun emosionalnya,dan sedikit demi sedikit ketika sudah terisi padi akan merunduk, sama dengan jika manusia memang benar-benar menghayati keEsaan Tuhan ketika dia sudah semakin tahu akan ilmu,maka dia akan kembali pada tuhan ,dan ini jika dalam ilmu psikologi dinamakan SQ. Ini sebagai pengantar jiwa, mengatur agar kita tidak melakukan hal-hal yang dari tuhan adalah sebagai larangan bagi kita . dan pada akhirnya kita akan menyerahkan semuanya pada Tuhan ,karena hanya Dia lah Yang Maha Penolong. Karena dalam Al-Qur’an telah dijelaskan dalam surat Al-Maidah yang artinya “ dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertwakal jika kamu benar-benar orang yang beriman ( Q.S. Al-Maidah:23) D. KESIMPULAN Dari kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara ilmu tauhid dengan ilmu psikologi pendidikan sangat erat kaitanya dengan jiwa seseorang yang beriman kepada Allah,kemantapan jiwa untuk mengEsakan Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebagaimana diketahui bahwa,masalah keEsaan Tuhan adalah bagian dari masalah-masalah Aqidah yang paling utama,karena”mengEsakan ALLAH “ itu tujuan hakiki dari Aqidah islam Tauhid atau pengEsaan Allah memainkan peranan penting dalam berbagai Aspek kehidupan manusia. Tauhid menjadi pemancar kebaikan di dunia dan keselamatan di akhirat. Kadar keselamatan manusia diakhirat berbanding lurus dengan kadar keyakinan dalam bertauhid. Begitu pula halnya dengan keridhoan Allah di dunia dan di akhirat. Dunia adalah tempat pengujian dan akhirat adalah tampat pembalasan. Jadi tauhid atau keEsaan Allah merupakan hakikat terpenting bagi keberadaan manusia,baik dalam kehidupan di dunia maupun dihari perhitungan,atau di alam akhirat yang dilanjutkan dengan kehidupan di surga atau di neraka. Jadi pada intinya jika manusia telah benar-benar menghayati keEsaan Tuhan ketika dia sudah semakin tahu akan ilmu maka dia akan kembali pada Tuhannya.   DAFTAR PUSTAKA Bahjat,Ahmad.1998. Mengenal Allah. Pustaka Hidayah: Bandung Djaali.2009.Psikologi Pendidikan.PT Bumi Aksara: Jakarta Mahmud.2010.Psikologi Pendidikan .Pustaka Setia: Bandung Moh,Shihab Quraish.1998.Menyikap Tabir Ilahi Asma Al-Husna dalam Perspektif Al-Qur’an.Lentera Hati:Jakarta Mufid.Fathul.2009.Ilmu tauhid atau kala.STAIN Kudus: Kudus Nuh,Muhammad.2008.Menjadi Manusia Ma’rifat dan Berjiwa Besar.Mitra Press Subhi. Ahmad.Malaku Li Abid.Karya Toha Putra :Semarang Syekh, Abduh Muhammad.1989.Risalah Tauhid.PT Bulan Bintang: Jakarta

Resume

BAB I PENDAHULUAN Islam sangat memperhatikan pendidikan bagi anak wanita atau perempuan, sebagai mana sabda rosulullah SAW “ barang siapa yang memeiliki anak perempuan lalu ia mendidik dan membinanya secara baik dan menberinya makanan dari apa yang diberikan Allah kepadanya maka si anak akan menjadi pelindungnya dari neraka dan akan menghantarkanya menuju suraga” anak perempuan yang ada sekarang ini merupaka pencipta dan pembentuk masyarakat masa depan okeh karena itu harus diperhatiikan pendidikanya seawal mungkin. Tanggung jawab untuk mempersiapkan generasi mukmin yang solih dan solihah terletak di pundak kedua orang tua. Karena anak mengambil contoh dari kedua orang tuanya. Bagi anak , kedua orang tua adalah tujuan tertinggi. Mereka melihat sekeliling mereka, lalu melontarka setiap pertamyaan yang ada di benak mereka kepada orang tuanya. Anak mempercayai ,bahwa kedua orang tuanya memiliki pengetahuan gaib atau tahayul, dan bahwa mereka berdua adalah segala sesuatu yamng berwujud. Dan memang merekalah sarana utama untuk memberikan pendidikan modern. Keluarga merupakan asas dan findasi masyarakat. Ibu memiliki peran dan tanggung jawab amat penting dalam pembinaan anak dan dalam menciptakan suasana tenang dan bahagia bagi anak. Jadi wanita memiliki pera cukup besar dalam menciptakan sebuah kehidupan yamng penuh arti. Maka anak-anak perempuan haruslah mendapat perhatian pendidikanya untuk menumbuhkan kepribadian dan berbagai potensi yang mereka miliki. Jadi jika ingin membangu masyarakat mulia dan terhormat maka harus diperhatikan secara penuh pendidikan dan ppembinaan anak perempuan dengan menentukan program yang sesuai dengan jiwa, memperhatikan naluri dan instink kewanitaanya. BAB II RUMUSAN MASALAH Pendidikan merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan kita. Apalagi sebagai orang tua,mereka harus bisa memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anak mereka. Baik dalam pendidikan agama,akhlak,dan sebagainya. Lebih-lebih dalam mendidik anak perempuan yang tanggung jawabnya lebih besar.Orang tua harus pandai-pandai mendidik anaknya agar tidak terjerumus dalam lembah kenistaan. Lalu bagaimana kewajiban orang tua memberikan pendidikan terhadap anaknya? faktor apa sajakah yang menghambat pendidikan perempuan?bagaimana pula cara memperlakukan anak perempuan dengan baik?bagaimana cara kita memerintahkan anak perempuan kita memakai jilbab jika telah baligh? BAB III PEMBAHASAN 1.Kewajiban orang tua memberikan pendidikan terhadap anaknya. Tanggung jawab orang tua terhadap anak merupakan tugas yang mulia dan sangat agung. Orang tua harus mendidik anak-anaknya agar dapat menjadi anak-anak yang baik di dunia dan akhirat. Para orang tua hendaknya menjaga dan memelihara anank-anak mereka agar senantiasa hidup dalam keimanan yang sempurna dan akidah yang benar. Serta harus membiasakan mereka untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan oleh syariat berupa ibadah,etika islam,dan akhlak terpuji. Dalam pendidikan keluarga juga harus diperhatikan dalam memberikan kasih sayang,jangan berlebih-lebihan dan jangan pula kurang. Oleh karena itu keluarga harus pandai dan tepat dalam memberikan kasih sayang dibutuhkan oleh anaknya. Pendidikan keluarga yang baik adalah yang mau memberikan dorongan kuat kepada anaknya untuk mendapatkan pendididkan agama. Pendidikan dalam keluarga mempunyai pengaruh yang penting untuk mendidik anak. Hal tersebut mempunyai pengaruh yang positif di mana lingkungan keluarga memberikan dorongan atau motivasi dan rangsangan kepada anak untuk menerima,memahami,meyakini serta mengamalkan ajaran islam . Jika orang tua tidak mendidik dan mengajarkan anaknya apa yang seharusnya berhak didapat anak dari orang tuanya,maka orang tua akan mendapatkan dosa besar,juga menyebarkan penyakit yang luas. Mereka akan menerima kerugian yang besar karena menghianati amanah ysng diberikan oleh Allah di tangan mereka. Mereka juga berarti menghilangkan barang titipan oleh Allah untuk mereka untuk dijaga. Dan tanggung jawab atas perbuatan itu akan mereka pikul di dunia maupun nanti di akhirat. Karena itu,al-qur’an mengingatkan orang tua untuk menghindari hal itu dan memperingatkan bahayanya mengabaikan pendidikan anak. Oleh karena itu sebagai orang tua dalam membimbing dan mengasuh anaknya harus berdasarkan nilai-nilai ketauhidan yang diperintahkan oleh Allah. Karena tauhid itu merupakan Aqidah yang universal, maksudnya Aqidah yang mengarahkan seluruh aspek kehidupan dan tidak mengotak-otakan seluruh aspek dalam kehidupan manusia hanya dipandu oleh satu kekuatam yaitu Tauhid. 2. Faktor-faktor penghambat pendidikan anak perempuan. Pada umumnya,bila menyangkut peran peran perempuan disektor publik terutama perempuan muslim, yang dalam berbagai hal lebih terikat dengan norma-norma keagamaan yang bias gender, ada beberapa kendala bagi optimaslisasi peran perempuan. Feodalisme ikut andil dalam menjadikan perempuan sebagai warga masyarkat yang diperlakukan sebagai benda. Di kampung misalnya, perempuan memikul tugas berat tanpa di sertai hak-hak untuk bertindak dan memutuskan dalam masalah yang berkaitan dengan keluarga dan kehidupan sosial. Kondisi ini apabiala berbicara di indonesia adalah diperkuat lagi selama periode kolonialisme belanda, dimana posisi perempuan disemua jabatan sangat menurun. Ada beberapa faktor yang menghambat pendidika perempuan antara lain: 1. Faktor Psikologis Sejak kecil wanita muslimah telah di tanamkan bagaimana selayaknya seorang muslimah, nersikap, bertindak, dan bertingkah laku sesuaia dengan norma-norma budaya yang berlaku(bidaya ketimuran), dn norma-norma islam. Para psikologi telah memunculkan asumsi bahwa wanita memang berbeda dengan laki-laki. Mereka memiliki kecerdasan lebih rendah dan struktur otak kurang terspesialisasi, namun kecenderungan emosionalnya melebihi daripada laiki-laki. Kenyataan ini menimpa wanita pada umumnya, menginmgat interpretasi keagamaan banyak yang menyudutkan wamita. 2. Faktor ekonomi Pada umumnya wanita yang mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan adlah mereka berasal dari keluarga yang memiliki status sosial ekonomi menengah ke atas, sehinmgga bagi status ekonomi menengah kebawah mengalami kesulitan untuk menyekolahkan anak-anaknya. Hal ini tampak pada fenomena sosial yang ada, dimana orang tua akan berupaya sekeras-kerasnya untuk membiayai anak lak-lakinya. Ini juga terjadi karena adanya faktor teologis tentang kepemimpinan laki-laki dalam islam, sehingga mereka harus diberi bekal sebaik-baiknya. Dapat dikatakan orang tua tidak berusaha untuk mengatasi kesulitan ekonomi anak perempuan atau memperlakukan anak perempuan sebagaimana perlakuan pada anak laki-lakinya. 3. Faktor sosial budaya Dikalangan masyarakat muslim masih terbius dengan acuan akar budaya paternalis-maskulinitas yang di isi dengan muatan-muatan hierarkis dalam nuansa hubungan nuansa hubungan laki-laki dan wanita sebagai pemimpin dan yang dipimpin pelindung yang dilindungi serta serentetah hierarkis yang menempatkan wanita dalam posisi ketidak seteraan. Sebagai seorang pemimpin maka tugas laki-laki ada di publik , sehingga masyarakat muslim mengondisikan bahwa dunia domestik diperuntukkan bagi wanita. Lalu berkembang anggapan bahwa tugas wanita tidak bekerja di luar rumah dan hanyalah mengurus rumah tangga. Disamping itu yang berkembang adalah ketakutan terhadap keterlambatan perkawinan. Jadi anak wanita sampai tidak lulus pendidikan tinggi karena banyak ganggguan terutama bila ketemu jodohnya. Orang tua merasa risi bila anak wanitanya lama ketemu jodoh, maka bila ada pihak yang mengajak besanan segeralah dilayani. Inilah yang dianggap sering mengganggu karir dan sekolah anak perempuan. Sebagai akibatnya, peran perempuan yang masih berbikiran awam akan lebih memilih menikah dari pada menjadi sarjana, namun sulit mendapatkan pasangan. Fenomena ini secara otomatis berimplikasi negatif pada usaha peningkatan kualitas dan partisipasi pendidikan wanita muslimah. 4. Faktor teologis. Bagi masyarakat muslim, agama merupakan institusi sosial dan pedoman hidup yang paling fundamental bagi struktur masyarakat, juga merupakan referensi sebagai tempat rujukan dalam mengatasi berbagai macam persoalan kehidupan, sehingga terkadang agama lebih dari sekedar sebagai alat legitimasi norma-norma tertentu. Hal ini pun berlaku pada masalah pendidikan wanita muslimah, yaitu adanya kata-kata Qawwamun dalam annisa’ ayat 34. Yang berimplikasi negatif pada pemberian kesempatan bidang pendidikan kepada wanita dalam masyarakat. Masyarakat hanya memberi dan memprioritaskan pendidikan bagi mereka yang dianggap sebagai calon pemimpin, sehingga wanita yang dianggap bukan calon pemimpin tidak banyak berhak atas pendidikan yang sama dengan laki-laki. Dari beberapa hambatan tersebut, maka untuk mengatasinya agar pendidikan wanita betul-betul sesuai yang diinginkan dalam arti wanita diberi persamaan hak dan kesepatan yang sama dalam dunia pendidikan sesuai agama islam. 3. Perlakukan anak perempuan dengan baik Berita gembira bagi oarang tua yang memiliki banyak anak perempuan. Sebagian keluarga merasa tidak senang dengan banyaknya anak perempuan dan lebih memilih anak laki-laki dari pada mereka. Ini merupakan peninggalan era jahiliyyah yang dinyatakan oleh Allah dalam firmanya: QS. An-Nahl ayat 58-59     •                            58. Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan Dia sangat marah. 59. Ia Menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah Dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup) ?. ketahuilah, Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. Islam memuliakan wamita sedemikian rupa dan mengangkat derajatnya, sekaligus memberikan himbauan untuk memperhatikan, mengasuh, dan mendidiknya dengan baik, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa mendidik anak perempuan berbuah pahala besar yang bisa membuat hati orang mukmin terbang oleh rasa gembira dan suka cita, yaitu duduk berdampingan dengan nabi SAW di surga. Rasulullah SAW bersabda yang artinya :” barang siapa yang mengasuh atau membesarkan dua anak perempuan sampai keduanya baligh maka pada hari kiamat nanti aku dan dia seperti ini, “ sembari beliau merapatkan jari-jari beliau. (dengan sedikit merenggangkanya) HR. Muslim. Kabar gembira ini mensyaratkan keharusan memperlakukan anak-anak perempuan ini dengan baik dan bersikap adil antara mereka dan anak laki-laki, sebagaimana dinyatakan dalam “ dan memperlakukan mereka dengan baik” sebab sebagian orang tua kadang lebih mengutamakan dan melebih-lebihkan anak laki-laki diatas anak perempuan dalam hal pemberian atau perlakuan dan sejenisnya. 4. Perintah memakai jilbab bagi anak perempuan apabila telah baligh Allah telah memerintahkan kepada kaum wanita dan anak-anak perempuan untuk mengenakan hijab(Jilbab). Alalh berfirman kepada Nabinya” hai Nabi katakanla kepada istri-istrimu anak-anak perempuanmu, istri-istri orang mukmin: endakla mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka (QS . Al-Ahzab : 59). Nabi langsung melaksanakan perinta Alla kepada semua istri dan anak-anak perempuanya dan juga semua wanita muslimah. hijab kemudian dikenal dan membudaya dikalangan wanita muslimah baik yang masih kecil maupun yang sudah dewasa. Hal ini tergambar melalui hadist yang diceritakan oleh Aisya sebagai berikut: “ Rasulullah menikahiku ketika aku berusia 6 tahun. Dan mulai menggauliku setelah berusia 9 tahun. Sedang Aku masih mempunyai boneka mainan dan aku mempunyai kawan-kawan sebayaku yang bermain bersamaku. Apabila Rasulullah masuk mereka bersembunyi darinya” dalam redaksi yang lain disebutkan “ sedang aku punya teman-teman sebayaku. Apabila Rasulullah masuk mereka keluar dan apabila Beliau keluar mereka masuk( HR. Bukhori). BAB IV KESIMPULAN Mendidik anak merupakan suatu kewajiban bagi orang tua. Terutama dalam mendidik anak perempuan, karena dalam mendidik anak perempuan dibutuhkan tenaga yang ekstra agar anak perempuan kita terdidik dengan baik sesuai dengan ajaran agama islam. Karena mendidik anak perempuan sangat berbeda dengan mendidik anak laki-laki,anak laki-laki lebih bisa menjaga dirinya dibanding anak perempuan. Anak perempuan mempunyai tanggung jawab yang lebih besar yang diantaranya dalam segi berpakaian (menutup aurat), berteman dengan lawan jenis dan lain sebagainya. Orang tua juga harus memberi nilai-nilai ketauhidan yang diperintahkan oleh Allah didalam mendidik anak-anak nya. Maka sebagai orang tua harus dengan hati-hati dan tanggung jawab dalam membimbing dan mengasuh anak-anaknya terutama anak perempuannya agar menjadi wanita yang solihah sesuai dengan perintah ajaran agama islam . DAFTAR PUSTAKA Sulaiman,M.Subhi.Seni Mendidik Anak Perempuan.Semarang:Pustaka Adnan.2010. Ibnu Sa’ad,Abdullah.Langkah Praktis Mendidik Anak Sesuai Tahapan Usia.Bandung:Irsyad Baitus Salam.2003. Abdullah,Taufiq,dkk.Tradisi Dan Kebagkitan Islam Di Asia Tenggara.Jakarta:LP3ES.2004. Hasyim ,Umar.Cara Mendidik Anak Dalam Islam.Surabaya: Bina Ilmu.1983. Mansur,Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.2009. Zuhaili,Muh.Menciptakan Remaja Dambaan Allah.Bandung:PT.Mizan Pustaka.2004. Al-Jamali,Fadil.Menerebas Krisis Pendidikan Dunia Islam.Jakarta:Golden Terayon Press.1948. Yusuf,Muh.Islam Dalam Berbagai Dimensi.Jakarta:Gema Insani Press.1998. Zuhaili,Muh.Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini.Jakarta.A.H.Ba’adillah Press.2002.